Jumat, 14 Agustus 2015

PERKUTUT KATURANGGAN



Perkutut Katuranggan
 Berbicara mengenai Perkutut Katuranggan biasanya dikaitkan dengan Perkutut Lokal yang diyakini mempunyai “ kekuatan gaib “ menurut kepercayaan orang-orang tua kita dahulu terutama pada masyarakat tradisi Jawa dan bukan Perkutut Silang atau sering dikenal Perkutut Bangkok yang banyak kita lihat dan pelihara saat ini yang diyakini sudah tidak lagi memiliki kekuatan gaib sesuai dengan alam pikiran masyarakat modern.
Kebiasaan menikmati bunyi “ anggungan “ perkutut ini dimulai sejak zaman Majapahit dan memang burung yang satu ini pada waktu itu hanya dipelihara oleh kalangan ningrat kerajaan yang semakin dikembangkan pada  saat keraton Ngayogjakarta Hadiningrat dibawah Sri Sultan Hamnegku Buwono VII pada tahun 1877-1921.
     
Perkutut juga diyakini sebagai bilangan ke-lima dari kelengkapan seorang Priya sejati yang sempurna dalam tradisi Jawa yang berlatar kebudayaan keraton yaitu ; Wisma (rumah), Garwa (Istri), Curiga (Keris), Turangga (Kuda) dan Kukila (Perkutut). Perkutut merupakan alat pencipta kepuasan atau kenikmatan pribadi. Suara anggungannya dapat memberikan suasana tenang, teduh, santai bahagia dan seolah-olah manusia dapat berhubungan dengan alam semesta secara langsung.
Sebagaimana yang telah dikemukakan pada awal tulisan ini, perkutut memiliki keistimewaan luar biasa karena dianggap memiliki kekuatan gaib yang dapat mempengaruhi pemiliknya berdasarkan katuranggan atau ciri mathi, sehingga dipercaya memiliki pengaruh baik (membawa keberuntungan) atau buruk (membawa sial) bagi pemilik atau si pemelihara.
 Untuk mengetahui baik tidaknya seekor perkutut, dapat ditilik berdasarkan katuranggan ( ciri fisik seperti bentuk tubuh, bulu, paruh, kaki ) dan ciri mathi ( sifat, perilaku dan pada saat berbunyi ) yang dapat dijelaskan sebagai berikut ini :
·Perkutut yang manggung menyongsong terbitnya matahari (gedong mengo), juga yang manggung menyertai terbenamnya matahari (gedong minep), atau dari susunan bunyinya (widana sreku/widah sana gasta gasti), sangat baik dipelihara karena akan mendatangkan rejeki atau menaikkan derajat/pangkat.
· Hal ini juga berlaku untuk Perkutut yang berbulu putih ditengah kepala (satria kinayungan), perkutut jambul (songgo ratu), bulu ekornya 15 lembar (pandawa mijil), matanya bersinar kuning (mercu jiwa).
·Sedangkan perkutut yang seluruh bulunya putih bersih atau hitam legam yang dianggap rajanya perkutut, kalau dipelihara akan memberikan keberuntungan.
·Perkutut yang ekornya terdapat satu bulu putih (buntel mayit), berbulu semu merah (brama susur), berbulu kuning kemerahan (brama labuh geni), berbulu semu hitam (wisnu kucem), bulu pundak putih (candala sabda), manggungnya tengah malam (durga nguwuh) atau siang malam (durga ngerik), tidak baik dipelihara karena pengaruhnya buruk bagi si pemilik/pemilihara.
Pada saat ini berternak perkutut bangkok sudah banyak dilakukan oleh masyarakat baik yang bersekala kecil hanya dengan 5 – 30 kandang, maupun yang bersekala besar sampai beratus-ratus bahkan beribu kandang. Akan tetapi sangat sulit bahkan hampir langka mencari peternak Perkutut Katuranggan mengingat berternak perkutut katuranggan sepertinya lebih sulit dari pada perkutut bangkok, apalagi bila masih meyakini kekuatan gaib yang dimiliki oleh perkutut katuranggan yaitu bila tidak sesuai dengan latar belakang si pemilik/pemelihara, justru akan membawa bencana atau petaka seperti memiliki keris atau pusaka lainnya. Pada hal prospeknya cukup cerah dan penuh harapan. 

Bagi anda yang ingin memiliki Perkutut Katuranggan, silahkan berkunjung ke :
Gio Bird Farm
Jl.Raya Solo-Purwodadi Km 12 Kalioso Solo 57773 Jawa Tengah
Mobile : 081226900299
SMS      : 089675290822
BB          : 2BA3D207



Dalam memelihara burung perkutut yang perlu dipersiapkan adalah diri pribadi orang itu sendiri. Artinya, kepercayaan akan katuranggan, pulung atau angsar dan tangguh harus tetap ditempatkan pada posisi yang semestinya. Kepercayaan akan Tuhan menjadi mutlak, melebihi kepercayaan pada siapa dan apapun. Mengenai pulung atau wahyu, akan datang dengan sendirinya, jika seseorang itu telah benar-benar tertata. Dalam dunia pewayangan selalu pulung sing nggoleki uwong, dudu uwong sing nggoleki pulung atau isi sing nggolek wadhah, dudu wadhah sing nggoleki isi.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar